Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2017

JIWA TERLEPAS

Dulu engkau selalu senyum dengan semua orang Tutur bahasa nan indah kau berikan Hati yang lemah lembut tersampaikan Jiwa tenang membawa kedamaian Hari demi hari ragamu melemah Terdengar nafas tersendak-sendak Keriput seluruh tubuhmu Rambut memutih karena waktu Ketika kau terbaring lemah Semua menangis dihadapanmu Tak tahu kapan ajal menjemputmu Tapi kau masih bisa tersenyum Jiwa terlepas oleh raga Hembusan nafas seketika lenyap Mengeras diseluruh tubuh Batin mengetuk untuk mengikhlaskanmu

KEMBALI

           KEMBALI Terpancar wajah cerah tanpa dosa Menatap tempat ia berpijak Tanah gersang angin panas Memohon ingin kembali padanya Berjalan tanpa arah yang tentu Tak tahu waktu terus memburu Wajah cerah mulai lesuh Dari kejauhan terlihat jenuh Sesak dada menghirup udara Dia kembali memohon untuk dibebaskan Mukjizat tiba-tiba terjadi Langkah kaki membuat bumi kembali Tanah hijau udara segar Makhluk hidup riang gembira Bidadari tersenyum senang Langit biru menunggu dengan tenang.

Berharap

                  BERHARAP Hati penuh harap akan karya tercipta luas Wajah lesuh jikalau hanya terkenang dibuku Letih tangan menggemgam pena tanpa ada jawaban Benak penuh kata sajak yang akan disampaikan Gelisah... apakah karayaku akan diterima kaki seakan terus ingin melangkah Tapi entah ingin melangkah kemana Jalan berliku, jalan sesak telah ia lalui Tangan tak terpisahkan oleh pena Jiwa menggerakkan raga sana-sini coretan kertas putih menua dengan pemiliknya.

Cahaya malam

              CAHAYA MALAM Kelam malam bilik rumah Bayang raga cahaya lilin Api tegak berdiri tanpa angin Hanya bayang tangan bolak-balik menulis 1 lilin menyinari 1 ruangan Cahaya kecil menyimpan kenangan Tertolong cahaya bintang, rembulan Menembus jendela ruang keluarga Kuning berpadu putih kebiruan Di tanah tempatku berpijak

Kamar jendela

                      KAMAR JENDELA Tengok waktu berjalan desit kelam Dinding warna menembus mata mendayuh-dayuh Cahaya menembus kaca jernih jendela Angin menelusup lubang-lubang kamar Mengikis debu tirai jendela Empuk sandaran punggung melapisi keramik dingin Laba-laba meninggalkan jaring di sudut dinding Uapan mulut tiap menit mengikuti waktu berganti Angin menepis mata mendayuh-dayuh Tak ku sadar rembulan tertup kabut