Langsung ke konten utama

Yang terjadi

Hampa hanya ada pena dan kertas
Jendela bersuara dihembus angin
Langit tertutup awan hitam
Kicauan burung masih terdengar jelas

Angkasa yang penuh dengan suara
Terbawa angin disudut jendela
Sejuk nan Pagih yang cerah
Saat fajar tibah

Tak ada tetesan
Hanya ada angin yang berhembus keras
Matahari yang redup
Menunggu garis warna di langit

Menari, rumput menari
Bunga bermekaran
Menunggu tetesan kehidupan dari awan
Langit akan menjadi latar
Saat semuanya kembali

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tak bisa

Rona wajahmu sahda dimataku Hilir sungai melewati cakrawala Ragamu raksi melawan sepi Gersik mengusikku Dewala kersang ditimpa panas yang bergejolak Jelih matamu berlinang-linang Lentus mengusap jemariku Yang meringis menyentuhmu

Berharap

                  BERHARAP Hati penuh harap akan karya tercipta luas Wajah lesuh jikalau hanya terkenang dibuku Letih tangan menggemgam pena tanpa ada jawaban Benak penuh kata sajak yang akan disampaikan Gelisah... apakah karayaku akan diterima kaki seakan terus ingin melangkah Tapi entah ingin melangkah kemana Jalan berliku, jalan sesak telah ia lalui Tangan tak terpisahkan oleh pena Jiwa menggerakkan raga sana-sini coretan kertas putih menua dengan pemiliknya.

Takdir nelayan

Kayu rapuh terombang-ambing Laut mengganas dengan ombaknya Bising angin menerpa layar Kelam langit ingin membunuh Megap-megap nelayan gundah Menengah merapah doa kepada Tuhan Deraian air mata memohon pertolongan Cetar petir awan hitam Tangan Kacar tiang layar Lencir abun-abun untuk selamat Namun sampan telangkup nelayan terlerai Nelayan terbawa ombak ganas